JALAN SALIB
DI KOLOSEUM
JUMAT AGUNG 2005
MEDITASI DAN DOA
OLEH CARDINAL JOSEPH RATZINGER
===============================
Perhentian Pertama
Yesus Dihukum Mati
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27 :22-23, 36
Pilatus berkata kepada mereka, “Dan apa yang
harus aku lakukan dengan Yesus yang disebut Kristus?” Mereka semua
menjawab,”Salibkan Dia!” Pilatus bertanya lagi :”Kejahatan mana yang
telah dilakukan-Nya?” Tetapi lebih nyaring lagi mereka
berteriak,”Salibkan Dia!” Sesudah itu mereka duduk menjaga-Nya
Meditasi
Hakim dunia, yang akan datang kembali untuk menghakimi kita semua,
berdiri disana, kehilangan kehormatan dan tak berdaya dihadapan hakim
duniawi. Pilatus tidaklah benar-benar jahat. Ia tahu bahwa terdakwa
adalah tidak berdosa, dan ia mencari jalan untuk membebaskan Ia. Tapi
hatinya terbagi. Dan pada akhirnya ia membiarkan posisinya, ketertarikan
dirinya, menang terhadap apa yang benar. Tidak juga manusia yang
berteriak dan menuntut kematian Yesus benar-benar jahat. Banyak dari
mereka, pada hari Pentekosta, akan merasa “sangat terharu” (Kis 2:37),
ketika Petrus akan berkata pada mereka :”Yesus dari Nazareth, manusia
yang dijadikan bukti padamu oleh Allah…kamu salibkan dan bunuh oleh
tangan-tangan mereka yang berada diluar hukum” (Kis 2:22ff). Tapi pada
saat itu mereka mengejek didalam keramaian. Mereka berteriak karena
setiap orang berteriak, dan mereka meneriakkan hal yang sama yang
diteriakkan semua orang. Dan dalam cara ini, keadilan diinjak-injak
diatas tanah oleh kelemahan, kepengecutan dan rasa takut dari pola pikir
yang berkuasa. Suara hening hati nurani ditenggelamkan oleh jeritan
keramaian. Kejahatan menarik kekuatannya dari keraguan untuk mengambil
keputusan dan kepedulian tentang apa yang akan dipikirkan orang lain.
Doa
Tuhan, Engkau dihukum mati karena rasa takut tentang apa yang orang
lain pikirkan, menekan suara hati nurani. Begitu juga, sepanjang
sejarah, yang tak bersalah selalu dianiaya, dihukum dan dibunuh. Betapa
sering diri kita lebih menyukai kesuksesan daripada kebenaran, reputasi
daripada keadilan? Kuatkan suara hening hati nurani kami, suara-Mu
sendiri, dalam hidup kami. Pandanglah aku seperti Engkau memandang
Petrus setelah penyangkalannya. Biarkan pandangan-Mu menembus hati kami
dan menunjukkan arah yang harus diambil hidup kami. Pada hari Pentekosta
Engkau menggerakan hati mereka yang berteriak-teriak untuk kematianmu,
pada Jumat agung, dan Engkau membawa mereka pada pertobatan. Dalam cara
ini Engkau memberi harapan bagi semua orang. Berikanlah kami, rahmat
pertobatan yang selalu baru.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Stabat mater dolorosa,
iuxta crucem lacrimosa,
dum pendebat Filius.
Perhentian Kedua
Yesus Memikul Salib
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27 : 27-31
Serdadu-serdadu Roma membawa Yesus ke dalam Istana Gubernur dan
seluruh pasukan berkumpul mengelilingi-Nya. Mereka menanggalkan
pakaian-Nya dan mengenakan kepada-Nya mantel serdadu berwarna ungu.
Sesudah itu mereka menganyam sebuah mahkota dari duri-duri dan
meletakkannya ke kepala Yesus dan memberikan tangan kanan-Nya sebatang
buluh. Mereka berlutut dihadapan-Nya dan mengolok-olok Dia sambil
berkata, “Hiduplah raja orang Yahudi!” Mereka meludahi Dia, lalu
mengambil buluh itu dari tangan-Nya dan memukul kepala-Nya dengan buluh
itu. Sesudah selesai mengolok-olok Yesus, mereka menanggalkan mantel
ungu itu dan mengenakan kembali pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka
mengantar Dia keluar untuk disalibkan.
Meditasi
Yesus, dihukum sebagai raja palsu, diejek, tapi pengejekan ini
menyingkapkan kebenaran yang menyakitkan. Seberapa sering simbol-simbol
kekuasaan, yang diperlihatkan oleh orang-orang besar di dunia ini,
merupakan penghinaan terhadap kebenaran, keadilan dan martabat manusia!
Berapa banyak kebesaran dan perkataan angkuh mereka yang tidak lain
adalah kebohongan besar, sebuah parodi dari kewajiban agung mereka untuk
melayani kebaikan bersama! Ini karena Yesus diejek dan mengenakan
mahkota penderitaan agar Ia tampak sebagai Raja sejati. Tongkat
kerajaannya adalah keadilan (Maz 45:7). Harga keadilan di dunia ini
adalah penderitaan : Yesus, Raja sejati, tidak berkuasa melalui
kekerasan, tapi melalui kasih yang menderita bagi kita dan bersama kita.
Ia mengambil Salib, salib kita, beban keberadaan manusia, beban dunia.
Dan Ia pergi sebelum kita dan menunjukkan kita jalan yang menuntun pada
kehidupan sejati.
Doa
Tuhan, engkau dengan rela menundukkan dirimu pada hinaan dan ejekan.
Bantulah kami untuk tidak bersekutu dengan mereka yang memandang rendah
orang lemah dan menderita. Bantulah kami untuk mengakui wajah-Mu dalam
diri mereka yang rendah dan diasingkan. Semoga kami tidak pernah
kehilangan keberanian ketika berhadapan dengan penghinaan dunia ini,
yang menertawakan ketaatan kami kepada kehendak-Mu. Engkau memikul
Salib-Mu dan Engkau meminta kami mengikuti Engkau di jalan ini (Mat
10:38). Bantulah kami memikul Salib, dan tidak untuk menjauhkan diri
darinya. Semoga kami tidak pernah mengeluh atau menjadi patah semangat
oleh pencobaan hidup. Bantulah kami mengikuti jalan kasih dan, dalam
tunduk pada tuntutan jalan kasih ini, untuk menemukan sukacita yang
sejati.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Cuius animam gementem,
contristatam et dolentem
pertransivit gladius.
Perhentian Ketiga
Yesus Jatuh untuk Pertama Kali
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Kitab Yesaya 53 :4-6
Namun sesungguhnya duka kita ditanggungnya, derita kita yang
dipikulnya, meskipun kita menganggap dia sebagai orang yang disiksa
Allah, dipukul dan direndahkan. Karena dosa-dosa kita dia ditinggalkan,
karena kejahatan kita dia diremukkan. Oleh siksa yang dideritanya kita
disembuhkan, oleh luka-lukanya kita dipulihkan. Kita semua telah
tersesat seperti domba-domba, setiap orang mengikuti jalannya
masing-masing; tetapi padanya Yahweh menimpakan semua kejahatan kita.
Meditasi
Manusia telah jatuh, dan ia terus jatuh : sering ia menjadi karikatur
dirinya, tidak lagi menjadi rupa Allah, tapi menjadi ejekan bagi sang
Pencipta. Bukankah manusia yang di jalan dari Yerusalem menuju Yerikho,
jatuh diantara para pencuri yang melucuti ia dan meninggalkannya
setengah mati dan berdarah ditepi jalan, adalah gambaran kemanusiaan
yang tak tertandingi
? Kejatuhan Yesus dibawah Salib bukan sekedar
kejatuhan manusia Yesus, lelah karena penderaan. Ada makna yang lebih
dalam dari kejatuhan ini, seperti yang Paulus beritahukan pada kita
dalam Surat kepada Umat Filipi :”walaupuan Ia dalam rupa Allah, Ia tidak
mengangap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus
dipertahankan, tapi mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba,
lahir dalam keserupaan manusia…Ia merendahkan dirinya dan menjadi taat
sampai mati, bahkan sampai kematian di Salib” (
Fil 2:6-8). Dalam
kejatuhan Yesus dibawah Salib, makna seluruh hidup-Nya terlihat :
perendahan dirinya dengan rela, yang mengangkat kita dari kedalaman
kesombongan kita. Hakekat kesombongan kita juga dinyatakan : merupakan
sebuah arogansi yang membuat kita ingin dibebaskan dari Allah dan
ditinggalkan sendiri bagi diri kita, kesombongan yang membuat kita
berpikir bahwa kita tidak memerlukan kasih-Nya yang kekal, tapi bisa
menjadi tuan atas hidup kita. Dalam pemberontakan melawan kebenaran ini,
dalam upaya untuk menjadi tuhan kita sendiri, pencipta dan hakim, kita
jatuh dengan kepala terlebih dahulu dan terjerumus dalam
kehancuran-diri. Kerendahan hati Yesus mengatasi kesombongan kita;
melalui perendahan diri-Nya Ia mengangkat kita. Marilah kita mengijinkan
Ia mengangkat kita keatas. Marilah kita melucuti kesadaran akan
kecukupan-diri kita, ilusi palsu tentang kebebasan, dan belajar
dari-Nya, Ia yang merendahkan diri-Nya, untuk menemukan kebesaran kita
yang sebenarnya dengan membungkuk dihadapan Allah dan dihadapan
saudara-saudari kita yang tertindas.
Doa
Tuhan Yesus, beban salib membuat Engkau jatuh ke tanah. Beban dosa
kami, beban kesombongan kami, membuatmu jatuh. Tapi kejatuhanmua
bukanlah tragedy,atau semata-mata kelemahan manusia. Engkau datang pada
kami ketika, dalam kesombongan kami, kami menjadi rendah. Kesombongan
yang membuat kami berpikir bahwa kami sendiri bisa menciptakan manusia
telah mengubah manusia menjadi barang dagangan, untuk dibeli dan dijual,
atu disimpan untuk menyediakan bagian-bagian suatu eksperimen. Dalam
melakukan ini, kami berharap untuk menguasai kematian oleh upaya kami,
namun kenyataanya kami secara mendalam merendahkan martabat manusia.
Tuhan bantulah kami; kami telah jatuh. Bantulah kami meninggalkan
kesombongan yang menghancurkan kami, dengan belajar dari kerendahan
hatimu, untuk bangkit lagi.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
O quam tristis et afflicta
fuit illa benedica
mater Unigeniti!
Perhentian Keempat
Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Lukas 2:34-35,51
Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu-Nya,
“Sesungguhnya Anak itu ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan
banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda perbantahan, dan
sebuah pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyatalah
pikiran hati setiap orang.” Lalu Yesus pulang bersama-sama dengan mereka
ke Nazaret, dan Dia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan Ibu-Nya
menyimpan semua hal itu didalam hatinya.
Meditasi
Pada Jalan Salib Yesus, kita juga menemukan Maria, Ibu-Nya. Selama
kehidupan publiknya Maria harus mengesampingkan diri, untuk memberi
ruang bagi kelahiran keluarga baru Yesus. Ia juga harus mendengar
perkataan :”Siapa ibuku dan siapa saudara-saudaraku?…Siapapun yang
melakukan kehendak Bapa di surga adalah saudara, saudari dan ibu” (Mat
12:48-50). Sekarang kita melihat Maria sebagai Ibu Yesus, tidak hanya
secara fisik, tapi juga di dalam hatinya. Bahkan sebelum ia mengundung
Yesus secara jasmani, melalui ketaatannya ia telah mengandung-Nya di
dalam hatinya. Dikatakan kepada Maria :”Dan lihat, engkau akan
mengandung dalam rahimmu dan melahirkan seorang putra. Ia akan menjadi
besar dan Tuhan Allah akan memberikan Ia tahta ayahnya Daud” (Luk
1:3ff). Dan ia akan mendengar dari mulut Simeon :”Sebuah pedang akan
menembus jiwamu” (Luk 2:35). Ia kemudian mengingat perkataan para nabi,
perkataan seperti ini :”Ia ditindas dan dianiaya, namun Ia tidak membuka
mulut-Nya; ia seperti seekor anak domba yang diantar ke pembantaian”
(Yes 54:7). Sekarang semuanya terjadi. Di dalam hatinya ia menyimpan
perkataan malaikat, yang diucapkan padanya sejak awal :”Jangan takut,
Maria” (Luk 1:30). Para rasul melarikan diri, namun ia tidak. Ia tinggal
disana, dengan keberanian seorang ibu, kesetiaan seorang ibu, kebaikan
seorang ibu, dan sebuah iman yang tidak goyah di saat kegelapan
:”Terberkatilah ia yang percaya ” (Luk 1:45). “Meskipun demikian, ketika
Putra manusia datang, akankah ia menemukan iman di bumi” (Luk 18:8).
Ya, di saat ini Yesus tahu : Ia akan menemukan iman. Di saat inilah,
saat yang merupakan penghiburan besar-Nya.
Doa
Maria yang Kudus, Bunda Tuhan, engkau tetap setia ketika para murid
melarikan diri. Sama seperti engkau percaya pesan luar biasa dari
malaikat – bahwa engkau akan menjadi Bunda yang Maha Tinggi, begitu juga
engkau percaya pada saat perendahan diri Yesus yang terbesar. Dalam
cara ini, di saat Salib, di saat malam dunia yang paling gelap, engkau
menjadi Bunda semua umat beriman, Bunda Gereja. Kami memohon padamu :
ajarlah kami untuk percaya, dan berikanlah agar iman kami dapat
menghasilkan buah dalam pelayanan yang berani dan menjadi tanda kasih
yang selalu siap untuk berbagi penderitaan dan mempersembahkan
pertolongan.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Quæ mærebat et dolebat
pia mater, cum videbat
Nati pœnas incliti.
Perhentian Kelima
Simon dari Kirene membantu Yesus Memikul Salib
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27:32; 16:24
Ketika berjalan keluar kota mereka bertemu dengan seorang Kirene
bernama Simon, dan memaksa dia memikul sailb Yesus. Sesudah itu Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika seorang hendak mengikuti Aku,
hendaklah ia menyangkal dirinya, mengangkat salibnya, lalu mengikuti
Aku.”
Meditasi
Simon dari Kirene sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, kembali
dari pekerjaan, ketika ia tiba pada prosesi yang menyedihkan bagi mereka
yang terhukum – baginya, mungkin, ini adalah pemandangan yang biasa.
Prajurit memaksa pria yang keriput ini untuk membawa Salib di atas
bahunya. Betapa mengganggunya bahwa ia tiba-tiba harus terjebak dalam
takdir pria yang terhukum ini! Ia melakukan apa yang harus ia lakukan,
tapi dengan enggan. Dengan penuh arti, Penginjil Markus tidak hanya
menamai dia, tapi juga anak-anaknya, yang dengan jelas dikenal sebagai
orang Kristend an sebagai anggota komunitas itu (Mark 15:21). Dari
pertemuan yang kebetulan ini, iman lahir. Orang Kirene, berjalan
disebelah Yesus dan berbagi beban Salib, memahami bahwa ini merupakan
rahmat untuk mampu menemani Ia sampai penyaliban-Nya dan menolong-Nya.
Misteri Yesus, yang diam dan menderita, menyentuh hatinya. Yesus, yang
dengan kasih ilahinya saja dapat menebus semua manusia, ingin agar kita
berbagi Salib-Nya agar kita dapat melengkapi apa yang kurang dalam
penderitaan-Nya (Kol 1:24). Kapanpun kita menunjukkan kebaikan kepada
mereka yang menderita, dianiaya dan tak berdaya, kita membantu membawa
salib Yesus yang sama. Dalam cara ini kita memperoleh keselamatan, dan
membantu dalam berkontribusi bagi keselamatan dunia.
Doa
Tuhan, engkau membuka mata dan hati Simon dari Kirene, dan engkau
memberikan ia rahmat iman dengan berbagi dalam Salib-Mu. Bantulah kami
untuk membantu sesama yang membutuhkan, bahkan ketika hal ini
mencampuri rencara dan keinginan kami. Bantulah kami menyadari bahwa
merupakan sebuah rahmat untuk mampu berbagi salib dengan yang lain, dan
dalam cara ini, mengetahui bahwa kami berjalan bersama-Mu sepanjang
jalan ini. Bantulah kami menghargai dengan sukacita, agar ketika kami
berbagi dalam penderitaan-Mu kami menjadi hamba keselaatan dan mampu
membangun Tubuh-Mu, yakni Gereja.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Quis est homo qui non fleret,
matrem Christi si videret
in tanto supplicio?
Perhentian Keenam
Veronika Mengusap Wajah Yesus
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Kitab Yesaya 53:2-3
Laksana tunas dia bertumbuh dihadapan kita, seperti akar di tanah
kering, tidak ada yang menarik dalam rupanya, tak ada keindahan, tak ada
keagungan. Ia dihina dan ditolak orang, seorang penuh duka yang biasa
menderita, terhadapnya orang menyembunyikan muka, dihina dan dianggap
tidak masuk hitungan.
Dari Kitab Mazmur 27:8-9
Engkau telah bersabda, “Carilah Wajah-Ku,” dan hatiku berkata
kepada-Mu, Hadirat-Mu yang kucari, ya Tuhan. Janganlah menyembunyikan
wajah-Mu dari padaku dan jangan menolak hamba-Mu dalam amarah. Engkau
adalah pelindungku, janganlah menolak atau meninggalkan aku, ya Allah
penebusku!
Meditasi
“Wjahmu, Tuhan, yang aku cari. Jangan sembunyikan wajah-Mu dariku”
(Maz 27:8-9). Veronica – Bernice, dalam tradisi Yunani, mewujudkan
kerinduan universal dari pria dan wanita saleh Perjanjian Lama,
kerinduan semua umat beriman untuk melihat wajah Allah. Pada Jalan Salib
Yesus, walaupun ia pertama-tama tidak lebih daripada melakukan suatu
tindakan dengan kelembutan seorang wanita : ia mengulurkan kain penyeka
muka bagi Yesus. Ia tidak membiarkan dirinya dihalangi oleh brutalitas
para prajurit atau rasa takut yang mencengkeram para murid. Ia adalah
gambaran wanita yang baik, yang ditengah kekacauan dan kecemasan,
menunjukkan keberanian yang lahir dari kebaikan dan tidak mengijinkan
hatinya untuk dibingungkan. “Berbahagialah mereka yang murni hatinya”,
Tuhan telah berkata dalam Khotbahnya di Bukit,”karena mereka akan
melihat Allah” (Mat 5:8). Awalnya, Veronica hanya melihat wajah yang
dipenuhi dengan rasa sakit dan pukulan. Namun tindakan kasihnya
meninggalkan wajah Yesus yang sebenarnya di dalam hatinya : dalam wajah
manusia-Nya, berdarah dan memar, ia melihat wajah Allah dan
kebaikan-Nya, yang menemani kita bahkan di saat-saat yang paling
menyedihkan kita. Hanya dengan hati kita bisa melihat Yesus. Hanya kasih
yang memurnikan kita dan memberi kita kemampuan untuk melihat. Hanya
kasih yang memampukan kita mengenali Allah yang adalah kasih itu
sendiri.
Doa
Tuhan, berikanlah kami hati yang gelisah, hati yang mencari wajah-Mu.
Jagalah kami dari kebutaan hati yang hanya melihat permukaan suatu hal.
Berikan kami kesederhanaan dan kemurnian yang mengijinkan kami
mengenali kehadiran-Mu di dunia. Ketika kami tidak mampu mencapai
hal-hal besar, berikanlah kami keberanian yang lahir dari kerendahan
hati dan kebaikan. Tinggalkan wajahmu di hati kami. Semoga kami bertemu
Engkau disepanjang jalan dan menunjukkan wajahmu kepada dunia.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Pro peccatis suæ gentis
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum.
Perhentian Ketujuh
Yesus Jatuh untuk Kedua Kalinya
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Kitab Ratapan 3:1-2,9,16
Akulah orang yang telah melihat malapetaka dari tongkat
kemarahan-Nya. Ia menghalau dan membawaku ke dalam kegelapan, bukan ke
dalam terang. Ia merintangi jalanku dengan batu dan meninggalkan aku tak
berdaya sendirian. Ia meremukkan gigiku dengan kerikil dan melemparkan
aku ke dalam debu.
Meditasi
Tradisi bahwa Yesus jatuh tiga kali dibawah beban Salib menimbulkan
kejatuhan Adam – kondisi kemanusiaan yang jatuh – dan misteri Yesus
sendiri berbagi dalam kejatuhan kita. Sepanjang sejarah, kejatuhan
manusia secara terus menerus mengambil rupa yang baru. Dalam Surat
Pertama, Santo Yohanes membicarakan tentang tiga kejatuhan : keinginan
daging, keinginan mata, dan kesombongan hidup. Ia karenanya menafsirkan
kejatuhan manusia dan kemanusiaan terhadap latar belakang sifat buruk di
jamannya, dengan segala ekses dan penyimpangannya. Tapi kita juga bisa
berpikir, di masa sekarang, tentang bagaimana kekristenan yang tumbuh,
menjadi lelah iman, telah meninggalkan Tuhan : ideologi-ideologi besar,
dan keberadaan yang dangkal dari mereka yang, tidak lagi percaya pada
apapun, hanya mengapung melalui kehidupan, telah membangun paganisme
yang baru dan lebih buruk, yang didalam upayanya menyingkirkan Allah
dengan manusia untuk selamanya, telah berakhir menyingkirkan-Nya dengan
manusia. Dan manusia tergeletak jatuh di tanah. Tuhan menanggung beban
dan kejatuhan ini, lagi dan lagi, untuk bertemu kita. Ia menatap kita,
Ia menyentuh hati kita; Ia jatuh untuk mengangkat kita.
Doa
Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah memikul semua beban kami dan Engkau
melanjutkan perjalanan untuk memikul kami. Beban kami telah membuat-Mu
jatuh. Angkatlah kami, karena diri kami sendiri kami tidak bisa bangkit
dari tanah. Bebaskan kami dari ikatan-ikatan nafsu. Menggantikan hati
yang membatu, berikanlah kami hati manusia, hati yang mampu melihat.
Letakkan lah dibawah kekuatan ideologi-ideologi, agar semua dapat
melihat dinding materialisme menjadi dapat teratasi. Buatlah kami sadar
akan kehadiran-Mu. Jagalah agar kami tenang dan waspada, mampu melawan
kekuatan-kekuatan jahat. Bantulah kami untuk mengenali kebutuhan materi
dan rohani orang lain, dan memberikan mereka pertolongan yang mereka
perlukan. Berikan kami harapan di setiap momen kegelapan, agar kami
dapat membawa pengharapan-Mu kepada dunia.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Quis non posset contristari,
Christi matrem contemplari,
dolentem cum Filio?
Perhentian Kedelapan
Yesus Berjumpa dengan Para Wanita Yerusalem yang Menangis Untuk-Nya
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Lukas 23:28-31
Tetapi Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Hai
perempuan-perempuan Yerusalem, janganlah menangisi Aku, tetapi
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. Sebab masanya akan tiba
ketika orang berkata ‘Berbahagialah perempuan mandul! Berbahagialah
mereka yang tidak pernah melahirkan atau menyusui anak! Dan orang akan
berkata kepada gunung-gunung : Runtuhlah menimpa kami! dan kepada
bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian
dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?’”
Meditasi
Mendengar Yesus menegur wanita Yerusalem yang mengikuti Ia dan
menangis bagi-Nya membuat kita harus merenung. Bagaimana kita seharusnya
memahami perkataan-Nya? Bukankah perkataan ini diarahkan pada kesalehan
yang murni sentimental, yang gagal mengarah pada pertobatan dan iman
yang hidup? Tidak ada gunanya meratapi penderitaan dunia bila hidup kita
tetap berjalan seperti biasa. Dan Tuhan memperingatkan kita bahaya yang
didalamnya kita menemukan diri kita. Ia menunjukkan kita keseriusan
dosa dan keseriusan penghakiman. Mungkinkah, meskipun semua ungkapan
kegemparan dalam menghadapi penderitaan yang jahat dan tak bersalah,
kita semua terlalu siap untuk meremehkan misteri kejahatan? Sudahkah
kita hanya menerima kelembutan dan kasih Allah dan Yesus, dan diam-diam
menyisihkan kata penghakiman? “Bagaimana mungkin Allah begitu peduli
dengan kelemahan kita?”, kita berkata . “Kami hanya manusia!”. Namun
selagi kita mengkontemplasikan penderitaan Sang Putra, kita melihat
dengan lebih jelas keseriusan dosa, dan bagaimana hal tersebut perlu
ditebus secara penuh bila ia harus diatasi. Dihadapan gambar Tuhan yang
menderita, kejahatan tidak lagi diremehkan. Kepada kita juga Ia berkata
:”Jangan menangis bagi aku, menangislah bagi dirimu…bila mereka
melakukan ini ketika kayu masih subur, apa yang akan terjadi ketika kayu
menjadi kering?”
Doa
Tuhan, kepada wanita yang menangis Engkau membicarakan pertobatan dan
Hari Penghakiman, ketika semua orang berdiri dihadapan wajah-Mu :
dihadapan-Mu, Sang Hakim dunia. Engkau memanggil kami untuk meninggalkan
upaya meremehkan kejahatan, yang mengobati hati nurani kami dan
mengijinkan kami melanjutkan perjalanan seperti sebelumnya. Engkau
menunjukkan keseriusan tanggung jawab kami, bahaya menemukan keberdosaan
kami dan tanpa alasan pada Hari penghakiman. Berikanlah agar kami tidak
hanya berjalan di sisi-Mu, tanpa apapun untuk dipersembahkan selain
kata-kata bela rasa. Pertobatkan kami dan berikan kami kehidupan baru.
Berikanlah agar pada akhirnya kami tidak akan menjadi kayu kering,
melainkan cabang yang hidup didalam Engkau, pokok anggur yang benar,
yang menghasilkan buah bagi kehidupan kekal (Yoh 15:1-10)
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Tui Nati vulnerati,
tam dignati pro me pati,
pœnas mecum divide.
Perhentian Kesembilan
Yesus Jatuh untuk Ketiga Kalinya
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Kitab Ratapan 3:27-32
Adalah baik bagi seorang manusia untuk memikul kuk sejak masa
mudanya. Biarkan dia duduk sendiri dalam kesepian. Ketika Tuhan
mengikatkan kuk padanya. Biarkan ia mencium debu mungkin disana ada
harapan. Biarkanlah ia memberi pipinya untuk ditampar. Biarkanlah ia
diliputi dengan cercaan. Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan menolak
manusia. Ia menghukum dalam kelimpahan cinta-Nya. Namun ia mempunyai
belas kasih.
Meditasi
Apa yang dapat disampaikan pada kita tentang kejatuhan Yesus yang
ketiga dibawah salib? Kita telah merenungkan kejatuhan manusia secara
umum, dan kejatuhan banyak orang Kristen yang menjauh dari Kristus dan
masuk ke dalam sekulerisme tanpa Tuhan. Bukankah seharusnya kita juga
memikirkan seberapa besar Kristus menderita didalam Gereja-Nya? Seberapa
sering sakramen Kehadiran-Nya yang terkudus disalahgunakan, seberapa
sering Ia harus masuk ke dalam hati yang kosong dan jahat! Seberapa
sering kita hanya merayakan diri kita, tanpa menyadari bahwa Ia ada di
sana! Seberapa sering Sabda-Nya dipelintir dan disalahgunakan! Betapa
kecil iman yang hadir dibalik banyak teori, begitu banyak perkataan
kosong! Betapa banyak kemerosotan moral ada didalam Gereja, bahkan
diantara mereka yang dalam imamat, seharusnya secara menyeluruh menjadi
Milik-Nya! Betapa besar kesombongan, betapa banyak yang berpuas-diri!
Betapa kecil rasa hormat yang diberikan pada Sakramen Tobat, dimana Ia
menunggu kita, siap untuk mengangkat kita ketika kita jatuh! Semua ini
hadir dalam Penderitaan-Nya. Penghianatan oleh murid-Nya,
ketidakpantasan mereka menerima Tubuh dan Darah, tentu merupakan
penderitaan terbesar yang ditahan Sang Penebus; hal ini menikam
hati-Nya. Kita hanya bisa memanggil Ia dari kedalaman hati kita : Kyrie
eleison – Tuhan, selamatkan kami (Mat 8:25)
Doa
Tuhan, Gereja-Mu seringkali tampak seperti kapal yang hampir
tenggelam, kapal yang ada diair disetiap sisinya. Dalam tanahmu kami
lebih banyak melihat ilalang dariapda gandum. Jubah dan wajah Gereja
yang kotor melemparkan kami kedalam kebingungan. Namun kami sendirilah
yang mengotori mereka! Kamilah yang menghianati Engkau lagi dan lagi,
dengan kata-kata indah dan gestur yang anggun. Kasihanilah Gerejamu;
didalamnya juga, Adam terus jatuh. Ketika kami jatuh, kami menyeret
Engkau jatuh ke bumi, dan setan tertawa, karena ia berharap agar Engkau
tidak mampu bangkit dari kejatuhan itu; ia berharap agar dalam kejatuhan
Gereja-Mu, engkau tetap tiarap dan terkuasai. Tapi Engkau akan bangkit
kembali. Engkau berdiri, Engkau bangkit dan Engkau juga bisa
membangkitkan kami. Selamatkan dan kuduskanlah Gereja-Mua. Selamatkan
dan kuduskanlah kami semua.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Eia mater, fons amoris,
me sentire vim doloris
fac, ut tecum lugeam.
Perhentian Kesepuluh
Pakaian Yesus Ditanggalkan
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27:33-36
Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Golgota (atau Kalvari)
yang berarti tengkorak, mereka memberikan kepada-Nya anggur bercampur
empedu. Yesus mengecapnya, tetapi tidak mau meminumnya. Lalu mereka
menyalibkan Dia di tempat itu, dan kemudian membagi-bagi pakaian-Nya
diantara mereka dengan membuang undi. Sesudah itu mereka duduk untuk
menjaga-Nya.
Meditasi
Yesus dilucuti pakaian-Nya. Memberkan manusia posisi sosialnya, ia
memberikan dirinya tempat dalam masyarakat, ia menjadikannya seseorang.
Pelucutan pakaiannya secara publik berarti Yesus tidak lagi berarti, Ia
hanyalah orang buangan, dibenci oleh semua. Saat-saat pelucutan pakaian
Yesus mengingatkan kita akan pengusiran dari Taman Eden : kemuliaan
Allah telah jatuh jauh dari manusia, yang sekarang berdiri telanjang dan
terbuka, tak berpakaian dan malu. Dan Yesus sekali lagi mengambil
kondisi manusia yang jatuh. Dilucuti dari pakaiannya, Ia mengingatkan
kita bahwa kita semua telah kehilangan ‘pakaian pertama’ yaitu kemuliaan
Allah. Di kaki Salib, para prajurit melempar undi untuk membagi harta
kecilnya, pakaian-Nya. Penginjil menggambarkan peristiwa ini dengan
kata-kata yang berasal dari Mazmur 33:19, dengan melakukannya mereka
memberitahu kita hal yang sama yang Yesus katakan pada para murid di
jalan menuju Emmaus : bahwa segala sesuatu terjadi ‘seturut Kitab Suci’.
Tidak ada yang terjadi secara kebetulan; semua yang terjadi terkandung
didalam Sabda Allah dan ditopang oleh rencana ilahi-Nya. Tuhan melewati
semua tahapan dan langkah kejatuhan manusia dari rahmat, namun di tiap
langkah ini, untuk semua kepahitannya, menjadi langkah penebusan kita :
inilah bagaimana Ia membawa pulang domba yang hilang ke rumah. Jangan
kita lupakan bahwa Yohanes berkata, undi yang dibuang demi jubah Yesus
“tanpa dijahit, tetapi ditenun seluruhnya dari atas ke bawah”. Kita
dapat mempertimbangkan ini sebagai acuan bagi jubah Imam Agung, yang
“ditenun dari benang tunggal” tanpa jahitan (Fl. Josephus, a III, 161).
Karena Ia yang tersalib, adalah Imam Agung yang sebenarnya.
Doa
Tuhan Yesus, Engkau dilucuti dari pakaianmu, terbuka kepada rasa
malu, dibuang dari masyarakat. Engkau mengambil diatas dirimu rasa malu
Adam, dan Engkau menyembuhkannya. Engkau juga mengambil diatas dirimu
penderitaan dan kebutuhan orang miskin, orang buangan di dunia kami. Dan
dalam cara ini Engkau memenuhi perkataan para nabi. Inilah caramu
membawa makna bagi ketidakbermaknaan yang tampak. Inilah caramu membuat
kami menyadari bahwa Bapa memegang Engkau, kami dan seluruh dunia dalam
tangan-Nya. Berilah kami rasa hormat mendalam bagi manusia di setiap
tahap keberadaannya, dan dalam semua situasi yang didalamnya kami
bertemu dia. Kenakanlah pada kami dalam terang rahmat-Mu.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum,
ut sibi complaceam.
Perhentian Kesebelas
Yesus dipaku di Salib
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27:37-42
Alasan hukumannya dipasang diatas kepala-Nya, ialah :”Inilah Yesus
dari Nazaret, Raja orang Yahudi.” Bersama Yesus mereka menyalibkan juga
dua orang penyamun, seorang di sisi kanan dan seorang lagi di sisi kiri
Yesus. Orang-orang yang berjalan lewat menggeleng-gelengkan kepala dan
menghina Dia sambil berkata,”Jadi Engkaulah yang hendak meruntuhkan Bait
Allah dan hendak membangunnya kembali dalam tiga hari. Sekarang
turunlah dari salib, jika Engkau benar-benar Putra Allah” Atas cara yang
sama para imam kepala, tua-tua bangsa dan para ahli Taurat
mengolok-olok Yesus. Mereka berkata,”Orang-orang lain diselamatkan-Nya,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat diselamatkan-Nya. Jika Ia
sungguh-sungguh Raja Israel, hendaklah Ia turun dari salib, maka kami
akan percaya kepada-Nya”
Meditasi
Yesus dipaku di Salib. Kain kafan Turin memberikan kita gagasan akan
kekejaman yang tak dapat dipercaya dari prosedur penyaliban ini. Yesus
tidak meminum empedu yang mematikan rasa sakit yang ditawarkan padanya :
Ia dengan bebas mengambil bagi dirinya seluruh rasa sakit akibat
penyaliban. Seluruh tubuh-Nya tersiksa; perkataan Mazmur telah terjadi
:”Tapi aku adalah cacing dan bukan manusia, dicemooh manusia, ditolak
oleh banyak orang” (Maz 22:7).”Seperti seseorang yang darinya manusia
menyembunyikan wajah mereka, ia ditolak…tentu ia telah menanggung
kesedihan dan kesengsaraan kita” (Yes 53:3.f.). Marilah kita berhenti
sejenak dihadapan gambaran rasa sakit ini, dihadapan penderitaan Putra
Allah. Marilah kita memandang Ia disaat yang terduga dan menyenangkan,
untuk belajar menghargai batasan-batasan dan melihatnya sebagai
kedangkalan dari hal-hal material semata. Mari kita melihat Ia di
saat-saat pencobaan dan penderitaan, dan menyadari bahwa saat inilah
kita berada paling dekat dengan Tuhan. Marilah ktia mencoba melihat
wajah-Nya dalam orang-orang yang kita pandang rendah. Selagi kita
berdiri dihadapan Tuhan yang terhukum, yang tidak menggnakan
kekuatan-Nya untuk turun dari Salib, tapi menahan penderitaan-Nya sampai
akhir, pikiran lain muncul. Ignatius dari Antiokia, tawanan yang
dirantai karena imannya pada Tuhan, memuji orang Kristen di Smyrna untuk
iman mereka yang tak kelihatan : ia berkata bahwa mereka, dipaku dengan
daging dan darah ke Salib Tuhan Yesus Kristus (1:1). Mari kita memaku
diri kita kepada-Nya, menolak godaan untuk berdiri terpisah atau
bergabung dengan orang lain untuk mengejek Dia.
Doa
Tuhan Yesus Kristus, Engkau membiarkan diri-Mu dipaku di Salib,
meneriman kekejaman yang mengerikan dari penderitaan ini, kehancuran
tubuh-Mu dan martabat-Mu. Engkau membiarkan diri-Mu dipaku dengan cepat;
Engkau tidak berupaya untuk lari atau mengurangi penderitaanmu. Semoga
kami tidak pernah lari dari apa yang telah menjadi panggilan kami untuk
dilakukan. Bantulah kami untuk tetap setia kepada-Mu. Bantulah kami
melepaskan topeng kebebasan palsu yang menjauhkan kami dari Engkau.
Bantulah kami menerima kebebasan-Mu yang mengingat, dan “terikat” erat
pada-Mu, untuk menemukan kebebasan yang sejati.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Sancta mater, istud agas,
Crucifixi fige plagas
cordi meo valide.
Perhentian Keduabelas
Yesus Wafat di Salib
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Yohanes 19:19-20
Pilatus memerintahkan supaya dipasang suatu tulisan pada salib Yesus,
bunyinya, Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi. Banyak orang Yahudi
membaca tulisan itu, sebab tempat, dimana Yesus disalibkan, dekat sekali
dengan kota. Selain itu tulisannya dalam bahasa Ibrani, Latin dan
Yunani.
Dari Injil Matius 27:45-50,54
Mulai tengah hari sampai petang kegelapan meliputi bumi. Sekitar jam
tiga petang Yesus berseru dengan suara nyaring, “Eli, Eli, lama
sabakhtani?” yang berarti, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku? Dan ketika mendengar ini beberapa orang yang hadir disitu berkata,
“Dia memanggil Elia.” Dan seorang dari mereka segera mengambil bunga
karang dan mencelupkannya ke dalam cuka, kemudian mencocoknya pada
sebatang buluh dan memberi minum kepada-Nya. Orang lain berkata,
“Biarkanlah Dia, akan kita lihat entah Elia akan datang meluputkan Dia.”
Kemudian Yesus berseru lagi dengan suara nyaring lalu menyerahkan
nyawa-Nya.
Meditasi
Dalam bahasa Yunani dan Latin, dua bahasa internasional jaman itu,
dan dalam bahasa Yunani, bahasa umat terpilih, sebuah tanda berdiri
diatas Salib Yesus, menunjukkan siapakah Dia : Raja Umat Yahudi, Putra
Daud yang dijanjikan. Pilatus, hakim yang tidak adil, menjadi seorang
nabi. Kerajaan Yesus diwartakan dihadapan seluruh dunia. Yesus sendiri
tidak menerima gelar “Mesias”, karena hal ini dapat menimbulkan gagasan
manusiawi yang keliru tentang kekuasaan dan pembebasan. Namun sekarang
gelar tersebut dapat ditampilkan secara umum diatas Kristus yang
tersalib. Ia memang raja dunia. Sekarang Ia sungguh “diangkat”. Dalam
tenggelamnya ke kedalaman Ia sungguh bangkit ke ketinggian. Sekarang Ia
telah secara radikal memenuhi perintah kasih, Ia telah melengkapi
persembahan diri-Nya sendiri, dan dalam cara ini sekarang ia adalah
wahyu Allah yang sejati, Allah yang adalah kasih. Sekarang kita
mengetahui siapa Allah sesungguhnya. Sekarang kita tahu apa kerajaan
sejati itu. Yesus mendoakan Mazmur 22, yang dimulai dengan perkataan
:”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Maz 22:2). Ia
mengambil keatas diri-Nya seluruh penderitaan umat Israel, semua
penderitaan manusia, drama kegelapan Allah, dan Ia membuat Allah hadir
dalam setiap tempat dimana Ia tampak secara definitif tidak ada dan
menghilang. Salib Yesus adalah peristiwa kosmos. Dunia menjadi gelap,
ketika Putra Allah diserahkan kepada kematian. Bumi berguncang. Dan di
Salib, Gereja para bangsa lahir. Perwira Romawi memahami hal ini, dan
mengakui Yesus sebagai Putra Allah. Dari Salib Ia menang –
selama-lamanya.
Doa
Tuhan Yesus Kristus, di saat kematian-Mu matahari menjadi gelap.
Selalu Engkau dipaku di Salib secara baru. Di masa sejarah ini kita
hidup dalam kegelapan Allah. Melalui penderitaan besar-Mu dan kejahatan
manusia, wajah Allah, wajah-Mu, tampak kabur, tak terkenali. Dan di
Salib, Engkau telah menyatakan diri-Mu. Secara tepat dengan menjadi
orang yang menderita dan mencintai, Engkau dimuliakan. Dari Salib yang
tinggi Engkau menang. Bantulah kami mengenali wajah-Mu di saat kegelapan
dan penderitaan ini. Bantulah kami percaya pada-Mu dan mengikuti Engkau
di saat kegelapan dan kebutuhan kami. Tunjukkan diri-Mu sekali lagi
kepada dunia di saat ini. Nyatakankepada kami keselamatan-Mu.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Fac me vere tecum flere,
Crucifixo condolore,
donec ego vixero.
Perhentian Ketigabelas
Yesus diturunkan dari Salib dan diserahkan pada Ibu-Nya
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27:54-55
Ketika kepala pasukan dan serdadu-serdadu yang menjaga Yesus melihat
gempa bumi dan segala yang terjadi,sangat takutlah mereka dan berkata,
“Sungguh, orang ini adalah Putra Allah.” Disitu ada juga beberapa orang
perempuan yang memperhatikan dari jauh; mereka itu telah mengikuti Yesus
dari Galilea dan melayani segala keperluan-Nya.
Meditasi
Yesus wafat. Dari hatinya, yang ditikam oleh tombak prajurit Romawi,
mengalir darah dan air : gambaran misterius tentang aliran
sakramen-sakramen, Baptisan dan Ekaristi, olehnya Gereja terus menerus
lahir kembali dari hati Tuhan yang terbuka. Kaki Yesus tidak dipatahkan,
seperti dua pria yang disalib bersama Dia. Ia karenanya dianyatakan
sebaai anak domba Paskah yang sejati, tidak satupun dari tulangnnya
boleh dipatahkan (Es 12:46). Dan sekarang, di akhir penderitaan-Nya,
menjadi jelas bahwa, untuk semua kecemasan yang memenuhi hati manusia,
untuk semua kekuatan kebencian dan kepengecutan, Ia tidak pernah
sendirian. Ada umat beriman yang tinggal bersama Dia. Dibawah Salib
berdiri Maria, Ibu-Nya, saudari Ibu-Nya, Maria, Maria Magdalena dan
murid yang Ia kasihi. Pria kaya, Yoseph dari Arimathea, tampil : seorang
kaya yang mampu melewati lubang jarum, karena Allah telah memberikan
rahmat-Nya. Ia mengubur Yesus di makam kosongnya, di sebuah taman. Pada
saat pemakaman Yesus, makam menjadi taman, taman yang darinya Adam
diusir ketika ia meninggalkan kepenuhan hidup, Pencipta-Nya. Makam di
taman menyimbolkan kekuasaan kematian akan berakhir. Anggota Sanhedrin
juga datang, Nicodemus, yang kepadanya Yesus mewartakan misteri
kelahiran kembali oleh air dan Roh. Bahkan dalam Sanhedrin, yang
memutuskan kematian-Nya, ada orang beriman, seseorang yang mengetahui
dan mengenal Yesus setelah kematian-Nya. Di saat duka cita mendalam ini,
kegelapan dan keputusasaan, terang harapan secara misterius hadir.
Allah yang tersembunyi terus menjadi Allah kehudupan, selalu dekat.
Bahkan di saat malam ajal, Tuhan terus menjadi Tuhan dan Penyelamat
kita. GerejaYesus Kristus, keluarga baru-Nya, mulai terbentuk.
Doa
Tuhan, Engkau turun ke dalam kegelapan kematian. Tapi tubuh-Mu
ditempatkan di tangan-tangan orang baik dan dibungkus dalam kain kafan
putih (Mat 27 :59). Iman tidak seutuhnya mati; matahari tidak seluruhnya
terbenam. Betapa sering hal ini tampak bahwa Engkau tertidur? Betapa
mudah bagi kami untuk melangkah mundur dan berkata pada diri kami
:”Allah sudah mati”. Di saat kegelapan ini, bantulah kami mengetahui
bahwa Engkau masih disini. Jangan meninggalkan kamu ketika kami digoda
untuk meninggalkan keyakinan kami. Bantulah kami untuk tidak
meninggalkan Engkau sendirian. Berilah kami kesetiaan untuk bertahan di
saat-saat kebingungan dan kasih yang siap memeluk Engkau di saat
ketidakberdayaan-Mu, seperti Bunda-Mu, yang memeluk-Mu di dadanya.
Bantulah kami, orang miskin dan kaya, sederhana dan terpelajar, untuk
melihat melampaui rasa takut dan prasangka kami, dan untuk
mempersembahkan kemampuan kami, hati dan waktu kami, dan karenanya untuk
mempersiapkan taman bagi Kebangkitan.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Vidit suum dulcem Natum
morientem, desolatum,
cum emisit spiritum.
Perhentian Keempatbelas
Yesus dimakamkan
Kami menyembah Dikau, Kristus, dan bersyukur kepada-Mu.
Sebab dengan Salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia
Dari Injil Matius 27:59-61
Maka Yusuf mengambil tubuh Yesus, dikapaninya dengan kain lenan yang
bersih lalu menempatkannya di dalam sebuah kubur yang baru, miliknya
sendiri, yang telah dipahat dalam bukit batu. Sesudah itu ia
menggulingkan sebuah batu yang besar di depan pintu kubur, lalu pergi.
Maria Magdalena dan Maria yang lain itu duduk berjaga di depan kubur.
Meditasi
Yesus, dipermalukan dan dianiaya, secara terhomat dimakamkan di kubur
baru. Nicodemus membawa campuran mur dan gaharu, yang memberikan aroma
yang wangi. Dalam persembahan-diri Putra, seperti saat pengurapan-Nya di
Bethani, kita melihat “keberlimpahan” yang memunculkan kemurahan Allah
dan kasih yang melimpah. Allah mempersembahkan diri-Nya terus menerus.
Bila ukuran Allah adalah keberlimpahan, maka kita seharusnya tidak
menganggap tidak ada yang terlalu banyak bagi Allah. Inilah ajaran Yesus
sendiri, dalam Khotbah di Bukit (Mat 5:20). Tapi kita juga harus
mengingat perkataan St. Paulus, yang berkata bahwa Allah “melalui kita
telah menyebarkan keharuman pengetahuan Kristus dimana-mana. Kita adalah
aroma Kristus” (2 Kor 2:14ff). Ditengah-tengah pembusukan ideologi,
iman kita sekali lagi perlu menjadi aroma yang mengembalikan kita ke
jalan kehidupan. Di saat pemakaman-Nya, perkatan Yesus terpenuhi
:”Sungguh, sungguh AKu berkata kepadamu, kecuali biji gandum jatuh ke
tanah dan mati, ia tetap sendirian, tapi bila ia mati, ia berbuah
banyak” (Yoh 12:24). Yesus adalah biji gandum yang mati. Dari biji
gandum yang mati ini datanglah keberlimapahn roti yang akan bertahan
sampai akhir dunia. Yesus adalah roti kehidupan yang dapat memuaskan
rasa lapar semua manusia secara berlebihan dan menyediakan makanannya
yang terdalam. Melalui Salib dan Kebankitan, Sabda Allah yang kekal
menjadi daging dan roti bagi kita. Misteri Ekaristi telah bersinar saat
pemakaman Yesus.
Doa
Tuhan Yesus Kristus, dalam pemakaman-Mua Engkau telah mengambil
kematian biji gandum. Engkau telah menjadi gandum yang mati yang
menghasilkan buah melimpah bagi setiap jaman dan untuk kekekalan. Dari
makam bersinar dalam setiap generasi janji biji gandum yang
membangkitkan manna yang sejati, Roti Kehidupan, yang didalamnya Engkau
mempersembahkan diri-Mu. Sabda kekal, melalui Inkarnasi dan kematian,
telah menjadi Sabda yang dekat dengan kita : Engkau menempatkan diri-Mu
dalam tangan kami dan kedalam hati kami, agar sabdamu dapat tumbuh
didalam kami dan menghasilkan buah. Melalui kematian biji gandum Engkau
memberikan diri-Mu, agar kami juga berani kehilangan hidup kami untuk
menemukannya, agar kami juga dapat percaya pada janji biji gandum.
Bantulah kami bertumbuh dala kasih dan penghormatan bagi misteri
Ekaristi-Mu – untuk menjadikan Engkau, Roti Surgawi, sumber kehidupan
kami. Bantulah kami menjadi “aroma” –Mu, dan untuk mengenalkan misteri
jejak kehidupan-Mu di dunia ini. Seperti biji gandum yang muncul dari
bumi,yang menumbuhkan tangkainya dan telinganya, Engkau tidak bisa tetap
terkubur di makam : makam menjadi kosong karena Ia – Bapa – “tidak
mengabaikan Engkau kepada dunia bawah, tidak juga membiarkan dagingmu
rusak” (Kis 2:31, Maz 16:10 LXX). Tidak, Engkau tidak melihat kerusakan.
Engkau telah bangkit, dan telah menyediakan tempat bagi dagingmu yang
bertransfigurasi dalam hati Allah. Bantulah kami bersukacita dalam
pengharapan ini dan membawanya dengan sukacita kepada dunia. Bantulah
kami untuk menjadi saksi kebangkitan-Mu.
Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah
kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, diatas Bumi seperti didalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami. Seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Quando corpus morietur,
fac ut animæ donetur
paradisi gloria. Amen.
Sumber : www.luxveritatis7.wordpress.com